,



Pasar Mobil Diperkirakan 'Atret' Hingga 20 Persen
Kontributor : luki, 24 Maret 2015

JAKARTAPelaku usaha menilai penjualan mobil secara wholesaleskuartal I/2015 akan merosot di kisaran 15%-20% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai 328.500 unit.

Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, indikasi merosotnya pasar tersebut terlihat dari kinerja penjualan dua bulan pertama tahun ini yang sebanyak 182.933 unit.

Jumlah itu menurun sekitar 15,1% dari hasil penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 215.433 unit.

Perinciannya pada Januari 2015 penjualan mencapai 94.195 unit, sedangkan bulan yang sama tahun lalu 103.609 unit.

Pada Februari 2015 penjualan menurun menjadi 88.738 unit, berbanding terbalik dengan capaian pada bulan kedua tahun lalu yang sedikit menanjak menjadi 111.824 unit.

Pada Maret tahun lalu penjualan menanjak kembali menjadi 113.067 unit. Dari informasi yang dirangkum Bisnis, pelaku usaha menilai cukup sulit penjualan pada Maret bisa menembus angka 100.000 unit atau lebih.

Jika penurunan pasar 15%-20% terjadi, maka penjualan pada kuartal I /2015 hanya ada pada kisaran 262.800 unit hingga 279.225 unit. Jumlah penjualan itu akan menjadi yang terkecil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, karena pada kuartal I/2013 jumlahnya mencapai 296.005 unit.

Ekonomi yang melambat menjadi faktor utama bagi konsumen untuk cenderung menahan pembelian kendaraan.

Menurut Davy J. Tuilan, 4W Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), kondisi ekonomi global yang tidak stabil sangat mempengaruhi pelambatan ekonomi dalam negeri.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih anjlok. Di sisi lain harga minyak dunia pun belum sesuai haapan. Oleh karena itu, menurutnya, pelaku usaha sangat berharap pada usaha pemerintah dalam menstabilkan kondisi ekonomi khususnya nilai tukar rupiah.

“Terus terang sampai sekarang konsumen masih wait and see, pasar kuartal I/2015 bisa turun 18%-20%. Harapan kami pemerintah bisa menstabilkan kondisi ekonomi untuk menumbuhkan gairah pasar,” katanya kepada Bisnis, Minggu (22/3).

Di sisi lain Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor menilai meskipun pasar cenderung menurun di awal tahun, perlahan jumlahnya akan merangkak naik. Menurut dia, awal tahun pabrikan cenderung hati-hati melempar produk ke diler karena takut serapan pasar yang kecil.

Pasar akan kembali terkatrol karena biasanya pada Maret-April ada aktifitas belanja dari pemerintah, seperti barang inventaris kendaraan. Selain itu konsumen sudah terlalu lama menunggu momen pembelian kendaraan, sehingga pada Mei-Juni gairah pasar kembali menanjak dan penjualan bisa mencapai 90.000 unit per bulan.

Hal tersebut didorong pula oleh momentum Lebaran di mana masyarakat cenderung lebih konsumif dan adanya stimulus produk baru yang banyak dirilis awal tahun. Samulo pun menyatakan, pasar bisa menyentuh 100.000 unit per bulan pada semester II/2015 jika pemerintah serius memperbaiki kondisi ekonomi seperti rencana melakukan pembangunan sektor rill.

“Kuartal I tahun ini memang pasar bisa turun kisaran 15% dan saya pikir sulit menembus 100.000 unit pada kuartal dan semester I meski perlahan naik. Tapi pada semester berikutnya bisa 100.000 unit per bulan jika ada perbaikan ekonomi,” tuturnya.

Sementara itu Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto enggan melihat kemungkinan penurunan pasar pada kuartal I sebagai acuan. Menurut dia Gaikindo melihat pasar secara keseluruhan sepanjang tahun.

Dia menilai target total penjualan dari asosiasi masih pada kisaran 1,2 juta unit tahun ini meski pasar pada dua bulan pertama cukup anjlok.

Senada dengan Samulo, pasar masih memiliki kesempatan naik dengan berharap pada usaha pemerintah dalam menggenjot pertumbuhan pembangunan dan ekonomi.

“Kami tidak melihat per kuartal. Kami melihat secara utuh dalam satu tahun yang ditargetkan 1,2 juta unit,” katanya.

Lebih jauh General Manager Marketing Strategy and Product Planning PT Nissan Motor Indonesia (NMI) Budi Nur Mukmin memperkirakan total pasar tahun ini akan menurun. Jika Gaikindo masih optimis di angka 1,2 juta unit, dia menilai pasar bisa di bawah itu tahun ini.

“Yang pasti tahun ini saya pikir market akan turun. Februari hanya 80.000-an, saya pikir tahun ini dengan kondisi rupiah seperti ini dan suku bunga kemungkinan akan naik secara umum pasar akan melambat,” ujarnya.

Meski demikian dia tidak mau terburu-buru memperkirakan besaran penurunannya. Kondisi rupiah dan suku bunga acuan yang tidak stabil akan berakibat langsung pada penurunan daya beli.

Apa lagi setelah rupiah terus anjlok, implikasi berikutnya adalah tingkat inflasi yang sulit dikontrol. Budi melanjutkan, jika strategi ekonomi pemerintah tidak bisa mengendalikan hal itu dampaknya pada bisnis otomotif cenderung panjang.

 

Source : bisnis.com , 24 Maret 2015

Write A Comment